Istighfar adalah salah satu zikir yang paling sering dilafalkan oleh umat Islam untuk memohon ampun kepada Allah SWT. Namun, sering muncul pertanyaan di kalangan umat: manakah yang lebih utama di antara dua lafal populer ini — Astaghfirullah atau Astaghfirullahaladzim?
Keduanya memang terdengar mirip dan memiliki tujuan yang sama, yakni memohon ampunan. Namun, ada makna yang sedikit berbeda di balik masing-masing lafal tersebut.
Perbedaan Lafal dan Makna Istighfar
Dalam buku Shihab dan Shihab Edisi Ramadhan karya Quraish Shihab, dijelaskan bahwa:
-
Astaghfirullah berarti “aku memohon ampun kepada Allah”.
-
Astaghfirullahaladzim menambahkan kata Al-Adzim, salah satu nama Allah yang berarti Yang Maha Agung. Lafal ini tidak hanya memohon ampun, tetapi juga mengandung pengagungan terhadap keagungan Allah.
Dengan demikian, Astaghfirullahaladzim dianggap memiliki makna yang lebih dalam karena selain mengakui kesalahan, juga menunjukkan penghormatan kepada keagungan Tuhan.
Contoh Istighfar dalam Hadits
Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai sosok yang meskipun suci dari dosa, tetap beristighfar setiap hari. Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari, beliau bersabda:
“Demi Allah, aku sungguh beristighfar kepada Allah dan bertobat kepada-Nya lebih dari 70 kali dalam sehari.” (HR Bukhari)
Selain itu, dalam hadits riwayat Muslim, diceritakan bahwa Nabi SAW membaca istighfar tiga kali setiap selesai salat:
“Jika Rasulullah selesai salat, beliau beristighfar tiga kali lalu membaca: ‘Allahumma antas salam wa minkas salam tabarokta ya dzal jalali wal ikrom.’” (HR Muslim)
Saat ditanya seperti apa lafaz istighfar tersebut, Al-Auza’i menjawab: “Astaghfirullah, astaghfirullah.”
Namun, dalam riwayat Tirmidzi, Nabi juga mengajarkan istighfar yang lebih panjang:
“Barang siapa mengucapkan: ‘Astaghfirullahal-azhim alladzi la ilaha illa huwal hayyul qayyum wa atubu ilaih,’ maka dosanya akan diampuni, meskipun ia lari dari medan perang.” (HR Tirmidzi)
Hadits ini menunjukkan bahwa lafal istighfar yang lebih panjang memiliki keutamaan tersendiri, meskipun yang pendek pun tetap sah dan membawa pahala.
Makna Istighfar dalam Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an, istighfar disebutkan dalam berbagai konteks dan memiliki beberapa makna, antara lain:
-
Tobat – Istighfar adalah bagian dari tobat, yakni permohonan ampun atas dosa. Bedanya, istighfar lebih fokus pada permintaan ampun, sementara tobat juga mencakup tekad untuk tidak mengulangi dosa.
-
Islam – Beberapa mufasir seperti Mujahid dan ‘Akhramah menafsirkan istighfar sebagai tanda keislaman, sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Anfal ayat 33:
“Allah tidak akan mengazab mereka selama engkau (Nabi Muhammad) berada di antara mereka dan selama mereka memohon ampun.”
-
Doa – Istighfar juga termasuk bentuk doa, terutama yang isinya permohonan ampunan kepada Allah.
Dalam Surah Hud ayat 3, Allah berfirman:“Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, lalu bertobatlah kepada-Nya…”
Hukum Beristighfar
Bergantung pada kondisi, hukum istighfar bisa berbeda-beda. Dalam kajian ulama, hukum istighfar terbagi menjadi empat:
-
Sunnah – Dianjurkan secara umum, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
-
Wajib – Jika seseorang telah melakukan dosa, maka wajib baginya untuk beristighfar dan bertaubat.
-
Makruh – Dalam kondisi tertentu, misalnya beristighfar saat menyolati jenazah, yang tidak memiliki dalil kuat.
-
Haram – Dilarang jika ditujukan untuk orang yang mati dalam keadaan kafir, karena tidak dibenarkan memohonkan ampun bagi mereka.
Kesimpulan: Mana yang Lebih Utama?
Secara makna, Astaghfirullahaladzim memang lebih lengkap karena memadukan permohonan ampun dan pengagungan kepada Allah. Namun, keduanya sah, benar, dan berpahala. Yang terpenting adalah keikhlasan dalam mengucapkannya dan kesungguhan dalam bertaubat.
Baik Astaghfirullah maupun Astaghfirullahaladzim, keduanya membawa kebaikan, pengampunan, dan ketenangan. Pilihlah yang paling sesuai dengan kondisi hati dan kebutuhan spiritual Anda.