Apakah Anda pernah tiba-tiba mendengar suara berdenging di salah satu telinga? Di masyarakat, kejadian ini kerap dikaitkan dengan berbagai mitos. Ada yang menyebutnya sebagai tanda bahwa ada seseorang sedang membicarakan kita, hingga klaim bahwa itu adalah panggilan dari Nabi Muhammad SAW.

Lantas, bagaimana sebenarnya pandangan Islam terhadap fenomena telinga berdenging ini? Adakah dasar spiritual yang sahih, ataukah ini hanya kepercayaan turun-temurun tanpa dalil?

Telinga Berdenging Menurut Medis

Dalam sebuah kajian yang disampaikan oleh Buya Yahya, beliau menjelaskan bahwa telinga berdenging—dalam dunia medis dikenal sebagai tinnitus—adalah kondisi yang memiliki penjelasan ilmiah. Biasanya, tinnitus berkaitan dengan gangguan pada sistem pendengaran, tekanan dalam telinga, atau bisa juga akibat gangguan pada saraf telinga.

Karena itulah, Buya Yahya menyarankan siapa pun yang sering mengalami telinga berdenging untuk memeriksakan diri ke dokter. Menyandarkan makna-makna gaib atau spiritual pada kondisi medis seperti ini menurut beliau adalah keliru.

Meluruskan Mitos yang Beredar

Buya Yahya menanggapi sejumlah mitos yang berkembang di masyarakat mengenai telinga berdenging. Beberapa di antaranya adalah:

  • Tanda amal tidak diterima
    Ada yang mempercayai bahwa telinga berdenging menandakan ibadah kita tidak diterima oleh Allah SWT.

  • Panggilan dari Nabi Muhammad SAW
    Sebagian kalangan meyakini bahwa suara denging di telinga adalah isyarat bahwa Nabi sedang memanggil kita.

  • Pertanda akan ada musibah
    Termasuk kepercayaan bahwa telinga berdenging adalah firasat buruk, seperti akan ada yang meninggal dunia.

Semua keyakinan tersebut, menurut Buya Yahya, tidak memiliki landasan dalam syariat Islam. Ia menekankan bahwa menghubungkan fenomena fisik ini dengan hal-hal spiritual seperti itu bisa menjerumuskan umat pada pemahaman yang salah.

Panggilan Nabi Itu Jelas dan Nyata

Buya Yahya menjelaskan, jika benar-benar ingin merespons panggilan Nabi Muhammad SAW, maka umat Islam seharusnya merespons ajakan beliau yang sudah jelas, yaitu melalui syariat Islam yang beliau wariskan. Seruan salat, perintah untuk berbuat baik, berdakwah, beramal, dan menjauhi maksiat adalah bentuk nyata dari panggilan Nabi yang sesungguhnya.

“Nabi memanggil kita setiap saat, dengan hadits-haditsnya. Tidak usah menunggu ada denging di telinga. Kita ingin yang nyata, yang jelas: hadits-hadits Nabi, ilmu-ilmu Nabi SAW,” terang Buya Yahya.

Beliau mengajak umat untuk lebih berpegang teguh pada Al-Qur’an dan hadits sebagai sumber ajaran yang autentik. Menanti sinyal-sinyal gaib yang tidak jelas sumbernya hanya akan menjauhkan seseorang dari ajaran yang sebenarnya.

Kesimpulan: Jangan Terkecoh Mitos

Fenomena telinga berdenging adalah hal yang lazim dalam dunia medis, dan tidak perlu dibesar-besarkan secara spiritual. Islam tidak pernah mengajarkan untuk mencari makna tersembunyi dari gangguan fisik yang bisa dijelaskan secara ilmiah. Umat justru dianjurkan untuk mencari ilmu, bertanya kepada ahlinya, dan berpegang pada dalil yang sahih.

Sebagai penutup, Buya Yahya mengajak umat Islam untuk tidak mencampuradukkan keyakinan dengan mitos, serta selalu merujuk pada ajaran yang terang, bukan kabar burung atau kepercayaan turun-temurun yang tak berdasar.